Pucak Kosakora, Tempat Selfie Anak Muda Kekinian yang Hobi Jalan-jalan
Fenomena eksokarst Pegunungan Sewu ratusan tahun silam menyisakan eksotisme bentang alam di Gunungkidul Jogja. Deretan conical hills diikuti jalanan naik turun yang kini kami lewati menuju salah satu wisata di kabupaten paling timur di Jogja ini adalah buktinya. Berkendara 2 jam lamanya ternyata belum bisa membawa YogYES sampai ke tempat wisata tujuan. Kami diharuskan trekking sekitar 2 km dengan medan yang cukup melelahkan untuk menuju tempat wisata yang namanya kondang di kalangan anak muda ini.
Ladang-ladang penduduk adalah pemandangan awal yang menemani kami di awal trekking, hingga kami sampai di sebuah padang rumput yang lumayan luas. Sebuah mitos tentang tanah yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar menjadi cerita di balik papan bertuliskan larangan mendirikan bangunan di padang rumput yang disebut Lemah Sangar ini. Trekking berlanjut hingga kami sampai di Pantai Ngrumput. Dari pantai pasir putih yang yang ditumbuhi rumput di beberapa sudutnya ini, tempat tujuan kami sudah terlihat. Tepat di timur pantai dengan bendera sebagai tandanya.
Tangga curam dari batuan karst dengan tumbuhan pandan laut (Pandanus odorifer) rimbun di kiri kanannya mengantarkan kami ke Puncak Kosakora, dataran paling tinggi di bukit yang dulunya disebut Bukit Ngrumput oleh masyarakat Tanjungsari. Semenjak seorang traveller yang tak sengaja singgah menjulukinya Kosakora, ia pun menjadi primadona wisata baru yang tak pernah sepi pengunjung.
Puncak Kosakora adalah hasil fenomena eksokarst lain di Gunungkidul. Sebuah bukit karst yang berada dalam satu garis dengan deretan pantai-pantai cantik Gunungkidul. Pantai Ngrumput, Pantai Drini, Pantai Watu Kodok, Pantai Sepanjang, Pantai Kukup bahkan Mercusuar Pantai Baron yang jauh di barat pun dapat terlihat dari bukit yang berketinggian sekitar 50 mdpl ini. Bukit yang dulunya sunyi itu, kini menjadi buah bibir banyak orang yang ingin menikmati keindahan panoramanya atau sekedar ingin selfie dengan background landscapepantai selatan dari ketinggian, seolah selfie di savana Kenawa.
Teriknya matahari siang itu tak membuat para remaja dan anak-anak muda yang mengunjungi Puncak Kosakora mengurungkan diri untuk mengambil potret diri. Mereka asyik saja berpose di depan kamera tak jauh dari papan kayu sederhana bertuliskan Puncak Kosakora. Tak ingin perjalanan jauh ini sia-sia, kami pun ikut ber-groufie ria. Namun hanya beberapa jepretan kamera dan kami pun menyerah, tak tahan dengan panasnya.
Jika ingin berkunjung ke Puncak Kosakora, YogYES sarankan datang di pagi atau sore hari, saat sinar matahari tak begitu menyengat. Atau, jika ingin menikmati keindahan sunset dan sunrise bisa juga camping di Puncak Kosakora. Di tempat ini telah tersedia persewaan tenda dome untuk menginap tanpa harus membawa sendiri dari rumah. Cukup mengeluarkan uang Rp 60.000 untuk tenda kecil atau Rp 100.000 untuk tenda besar.
Terlanjur datang di saat matahari sedang garang dan tak ada rencana untuk bermalam, kami pun hanya memilih berteduh di gubuk bambu. Melepas lelah sambil menikmati pemandangan samudera luas yang hilang dalam batas cakrawala, mengagumi luasnya ciptaan Tuhan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda