Kamis, 10 Maret 2016

Gunung Nglanggeran Gunung Api Purba dengan 7 Keluarga

Gunung Nglanggeran adalah gunung api purba berbentuk bongkahan batu raksasa. Selain dapat menyaksikan sunset & sunrise yang mempesona serta gemerlap Jogja di malam hari, di Puncak Timur Nglanggeran juga terdapat misteri dusun dengan 7 kepala keluarga.


Menyaksikan mentari terbit dari puncak gunung merupakan satu kemewahan yang tidak semua orang bisa menikmatinya. Rute yang ekstrim, cuaca yang tidak menentu, perjalanan yang berat, serta jauhnya jarak yang harus ditempuh dengan berjalan kaki menjadi penghalang utama bagi sebagian orang. Namun hal ini tidak berlaku di Gunung Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul. Hanya memakan waktu 1 hingga 1,5 jam pendakian, Anda akan tiba di puncak barat Gunung Nglanggeran, Gunung Gede. Pemandangan indah yang memanjakan mata pun menyambut. Sejauh mata memandang yang terlihat hamparan awan di ketinggian, jajaran gunung batu dengan bentuk yang unik, perkampungan warga, serta hijaunya sawah dan ladang. Saat senja menjelang, Kota Jogja akan terlihat laksana lautan kunang-kunang. Taburan cahaya bintang dan gemerlap lampu kota yang terlihat dari kejauhan menjadi pemandangan romantis bagi siapa saja yang berkemah di gunung ini.

Gunung Nglanggeran merupakan gunung api purba yang pernah aktif puluhan juta tahun lalu. Terletak di kawasan karst Baturagung, gunung yang litologinya tersusun oleh fragmen material vulkanik tua ini memiliki dua puncak yakni puncak barat dan puncak timur, serta sebuah kaldera ditengahnya. Saat ini Gunung Nglanggeran berupa deretan gunung batu raksasa dengan pemandangan eksotik serta bentuk dan nama yang unik dengan beragam cerita rakyat sebagai pengiringnya. Gunung-gunung tersebut biasanya dinamakan sesuai dengan bentuknya, seperti Gunung 5 Jari, Gunung Kelir, dan Gunung Wayang.

Hari masih pagi tatkala YogYES menuju puncak timur Nglanggeran. Menurut pengelola, tempat ini merupakan spot terbaik untuk menikmat sunrise. Sayangnya saat YogYES tiba awan pekat enggan beranjak sehingga menutupi sinar mentari. Berhubung tidak bisa menyaksikan sunrise, YogYES pun memilih untuk mengunjungi rumah Mbah Redjodimulyo selaku sesepuh yang tinggal di Pucak Nglanggeran. Menurut Mbah Redjo, Dusun Tlogo Mardidho yang ada di Puncak Nglanggeran hanya boleh dihuni oleh 7 kepala keluarga. Jika kepala keluarga yang tinggal di dusun ini kurang atau lebih maka akan terjadi hal-hal buruk yang tidak diinginkan. Hal ini bisa dilihat dengan keberadaan makam di Puncak Nglanggeran. Oleh karena itu, jika anak-anak mereka sudah berkeluarga maka keluarga baru tersebut harus meninggalkan Dusun Tlogo Mardhido.

Usai mengunjungi dusun dengan 7 kepala keluarga, YogYES pun kembali ke basecamp dan mencoba mendaki Gunung Gede. Berbeda dengan puncak timur yang masih bisa dicapai menggunakan sepeda motor, untuk mencapai Gunung Gede siapapun wajib tracking. Menyusuri jalan setapak dengan bukit batu di sisi kanan dan kiri jalan menjadi pengalaman mengasyikkan. Semakin ke atas, jalan semakin terjal. Beberapa tali dipasang guna memudahkan para pendaki. Belum usai menghela nafas, tantangan baru menghadang. Sebuah celah sempit nan curam dengan bukit batu di kanan dan kirinya menyambut. Lorong sempit yang agak gelap ini hanya bisa dilewati oleh satu orang. Sesaat setelah berhasil menaklukannya seorang kawan berujar, "Ini seperti di film 127 Hours, menegangkan tapi keren..."


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda